Gua Kreo : Menengok Petilasan Sunan Kalijaga di Tengah-tengah Waduk Jatibarang

Gua Kreo : Menengok Petilasan Sunan Kalijaga di Tengah-tengah Waduk Jatibarang

0
Waduk Jatibarang

Waduk Jatibarang di Kelurahan Kandiri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, memiliki sebuah gua di tengah-tengahnya. Gua yang terbentuk secara alami itu disebut masyarakat sebagai Gua Kreo. Asal-muasal nama Kreo erat kaitannya dengan legenda monyet ekor panjang gaib pengikut Sunan Kalijaga.

sewa mobil online

Konon katanya, Sunan Kalijaga beserta sunan-sunan lainnya pergi ke hutan di dekat Gua Kreo untuk mencari batang pohon. Mereka bermaksud menggunakan batang pohon tersebut sebagai pondasi Masjid Agung Demak.

Saat berusaha menebang salah satu batang pohon jati, Sunan Kalijaga cs, mengalami kesulitan. Batang pohon yang berusaha ditebang tak kunjung ambruk. Akhirnya, mungkin karena kelelahan, Sunan Kalijaga beristirahat di Gua Kreo.

Monyet-monyet ekor panjang yang menghampiri Sunan Kalijaga di dalam gua ternyata adalah sekawanan monyet gaib. Bulu-bulu warna-warni mereka melambangkan sifat masing-masing. Kera berbulu merah melambangkan sifat berani, kera berbulu putih melambangkan sifat suci, kera berbulu kuning melambangkan angin, dan kera berbulu hitam melambangkan kesuburan tanah.

Baca :   Lelah dengan Hiruk-pikuk Kota? Segarkan Diri Anda di Kawasan Eling Bening Ambarawa

Sunan Kalijaga lantas meminta petunjuk Yang Maha Kuasa agar bisa menebang pohon yang dimaksud setelah mendapatkan ajakan dari para monyet.Ternyata, Sunan Kalijaga harus menggunakan selendangnya untuk menebang pohon. Petunjuk tersebut ternyata benar adanya, batang pohon bisa terbelah menjadi dua. Sunan Kalijaga kemudian membawa batang-batang pohon itu ke tempat persemediannya di dalam Gua Kreo.

Usai melaksanakan semedi, Sunan Kalijaga berniat kembali ke Demak untuk memasang batang pohon yang dibawanya. Saat hendak meninggalkan gua, monyet-monyet gaib itu ingin turut bersamanya. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menyuruhnya menjaga gua. Perintah Sang Sunan, Kreo (Jagalah!) kini menjadi sebutan gua penuh kawanan monyet itu.

Baca :   Stasiun Kereta Api Terbesar Tertua di Indonesia, Stasiun Semarang Tawang

Sekitar 650 monyet mendiami Gua Kreo. Ada dua kubu kera yang dibagi berdasarkan tempat mereka berdiam, yaitu kubu atas dan kubu bawah. Kedua kubu dipimpin oleh raja yang berbeda. Mereka tidak saling bertemu satu sama lain. Anehnya, mereka tidak pernah terlihat bertambah atau berkurang populasinya. Masyarakat sekitar mengaku tidak pernah menemukan bangkai monyet sehingga mereka percaya populasi mereka selalu sama sepanjang waktu.

Baca :   Tugu Muda : Lansekap Pengingat Pertempuran Lima Hari di Semarang

Sesaji Rewondo adalah sebuah aktivitas budaya yang muncul akibat mitos monyet gaib di Gua Kreo. Setiap bulan Sawal, masyarakat setempat membawa sesaji untuk monyet penjaga gua. Sesaji untuk monyet ini tidak boleh dimakan manusia.Jika manusia memakan sesaji-sesaji itu, biasanya ada hal-hal aneh di luar akal manusia yang dialamnya.

Wisata alam Gua Kreo ini termasuk masih baru diberdayakan Pemerintah Kota Semarang. Promosi lumayan menggaung baru dilaksanakan pada tahun 2014. Di dekat gua, ada air terjun dan jembatan Waduk Jatibarang yang cukup menarik untuk dijadikan spot berfoto. Fasilitas Gua Kreo selain wisata alam adalah gazebo, panggung hiburan, dan Rumah Makan Khas Semarang.

sewa mobil online