Kuliner-kuliner yang dianggap ekstrem mudah ditemukan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini pernah dilanda paceklik hebat beberapa kali serta pernah mengalami masa sulit pangan saat masa penjajahan Jepang. Lokasi Gunungkidul yang tandus membuat rakyatnya harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Kuliner ekstrem yang paling dikenal masyarakat mungkin adalah belalang goreng. Akan tetapi, satu kuliner ekstrem yang akan kami bahas kali ini tidak kalah unik. Ungkrung namanya. Kuliner tersebut muncul saat masa gaber; masa saat terjadinya krisis ekonomi dan paceklik di tahun 1960-an.
Ungkrung sebenarnya merupakan sebutan untuk kepompong yang hidup di pohon-pohon jati. Saat ini, ungkrung bisa ditemukan dijual bebas di Lesehan Pari Gogo, Wonosari. Namun, karena kemunculannya yang musiman, olahan ungkrung tidak selalu tersedia setiap saat.
Ungkrung diolah dengan cara dikukus bersama dengan campuran arang. Hal ini dimaksudkan agar racun di kulit ungkrung hilang serta memperkecil kemungkinan timbulnya alergi jika dimakan.
Hasil kukusan ungkrung bisa langsung dimakan atau diolah lebih lanjut. Ungkrung kukus bisa diolah dengan cara digoreng, dipadukan dengan bumbu bacem, atau dipadukan dengan bumbu balado. Ungkrung nikmat disantap bersama dengan nasi thiwul, salah satu makanan khas daerah Gunungkidul lainnya.
Meskipun terlihat menjijikkan, ungkrung ternyata memiliki kandungan gizi terutama protein tinggi. Namun, beberapa orang mungkin tidak cocok dengan kelompok protein tropomyosin sehingga timbul alergi setelah memakan ungkrung. Untuk mencegah terjadinya alergi, sebaiknya orang yang belum pernah memakan ungkrung mencicipi sedikit terlebih dahulu dan menunggu beberapa saat. Jika tidak timbul alergi, konsumsi ungkrung boleh dilanjutkan. Jika alergi, gejala yang timbul bisa dihilangkan dengan meminum obat penghilang alergi yang dianjurkan. Hubungi Docar Rental mobil jogja jika butuh kendaraan.
