Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Cerminan 3 Gaya Arsitektur Dunia

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Cerminan 3 Gaya Arsitektur Dunia

0
Masjid Agung Palembang
Masjid Agung Palembang

Fakta Cepat Mengenai Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I:

sewa mobil online
  1. Dikenal pula dengan nama Masjid Agung Palembang
  2. Merupakan masjid terbesar di Kota Pempek tersebut
  3. Gaya bangunan dipengaruhi budaya Indonesia, Eropa, dan Tiongkok

Selayang Pandang

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I adalah sebuah masjid terbesar di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan. Luas keseluruhan areal masjid yang juga disebut sebagai Masjid Agung Palembang ini adalah sekitar 15.400 meter persegi (pasca renovasi tahun 2000-2003). Usai renovasi besar-besaran di tahun 2000-an, masjid ini diresmikan kembali oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Alamat masjid ini adalah di Jalan Jenderal Sudirman No. 1, Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang.

Keunikan masjid ini terdapat di gaya bangunannya yang terpengaruh tiga budaya yaitu budaya Indonesia, Eropa, dan Tiongkok. Cerminan budaya Eropa terlihat jelas di ukuran dan tinggi pintu masuk masjid. Seperti diketahui, rumah-rumah Eropa memiliki pintu, jendela, dan langit-langit yang tinggi.

Baca :   The Amanzi Waterpark CitraGrand City Usung Konsep Petualangan Alam Liar

Sedangkan sentuhan budaya Tiongkok terlihat jelas dilihat dari bentuk atap masjid utama. Atap tersebut berbentuk seperti kelenteng. Masjid di Hua Nan, Tiongkok, juga memiliki atap dengan bentuk yang mirip. Pada waktu pembangungan masjid, orang Tiongkok memang turut andil sehingga mempengaruhi bentuk bangunannya.

Sejarah Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I

Masjid Agung Palembang terletak di salah satu kawasan Kampung Asli Palembang dan Arab. Lokasi ini masih berada satu kompleks dengan Keraton Kasultanan Palembang tepatnya di belakang Benteng Kuto Besak. Masjid ini juga dikelilingi sungai-sungai besar yaitu Sungai Kapuran (sebelah utara), Sungai Sekanak (barat), Sungai Musi (selatan), dan Sungai Tengkuruk (timur).  Belanda telah menimbun Sungai Kapuran dan Sungai Tengkuruk sehingga menjadi daratan.

Baca :   Museum Negeri Balaputera Dewa Simpan Koleksi Arkeologi Tiga Zaman

Masjid Agung Palembang dibangun pada abad ke-18 tepatnya tahun 1738 sampai dengan 1748 Masehi. Pendirinya adalah Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Ketika itu, masjid ini mempunyai luas hanya sekitar 1.080 meter persegi. Jumlah jamaah yang dapat ditampung kala itu adalah 1.200 orang.

Pada masa Sultan Ahmad Najamudin (1758-1774 Masehi), menara masjid dibangun di sisi barat dan terpisah dari bangunan masjid. Menara ini memiliki desain sama seperti kelenteng yaitu mempunyai atap dengan ujung melengkung. Sebuah pagar dibangun mengelilingi sisi luar menara.

Perang besar terjadi pada tahun 1819 hingga 1821. Kondisi masjid rusak. Meskipun demikian, perbaikan terhadap masjid baru dilakukan pada tahun 1848 oleh pemerintah Belanda. Pihak Belanda mengganti atap menara dengan bahan sirap. Mereka juga meninggikan menara. Tahun-tahun berikutnya (1879, 1897, 1930, 1952, dan 1966-1969) dilakukan renovasi dan perluasan. Menara bersegi 12 setinggi 45 meter dibangun pada tahun 1970.

Baca :   Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat Kota Palembang)

Pihak-pihak yang turut andil merenovasi dan memperluas Masjid Agung Palembang adalah Yayasan Masjid Agung dan Pertamina. Usai diresmikan Megawati, masjid ini didapuk menjadi salah satu Masjid Nasional. (Adipex)


Sewa mobil di Palembang sekarang jadi mudah dengan aplikasi DOcar – Solusi Sewa Mobil Pilihan Anda. Unduh aplikasi DOcar tanpa dipungut biaya alias GRATIS di Google PlayStore. Pastikan Anda membagikan artikel ini ke keluarga dan teman-teman Anda jika Anda mendapati artikel ini menambah wawasan umum Anda; karena ilmu tidak akan habis walau dibagi.


sewa mobil online